Pengertian Komposisi Dan Kata Majemuk



A.    Pengertian Komposisi Dan Kata Majemuk
1.      Komposisi
Menurut Chaer (2008:209) menyatakan bahwa komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupaakar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang tertampung dalam suatu kata. Seperti kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas.oleh karena itu, proses komposisi ini dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kita sudah bunyak kata bukituntuk mengacu pada konsep “gunung kecil”, tetapi dalam kehidupan nyata kita juga punya “bukit kecil”, maka konsep bukit kecil itu kita wadahi dengan gabungan anak bukit. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia kita sudah punya kata merah, yaitu salah satu jenis warna. Namun dalam kehidupan kita warna merah itu tidak semacam, ada warna merah seperti warna darah, ada warna merah seperti warna jambu, ada warna merah seperti warna delima, dan sebagainya. Maka, untuk membedakan semuanya itu kita buatlah gabungan kata merah darah, merah jambu, merah delima, dan sebagainya. konsep yang diwadahinya adalah “ merah seperti merah darah”, “merah seperti warna jambu”, “merah seperti merah delima”.
Contoh lain lagi, bahasa Indonesia memiliki kata rumah untuk mewadahi “bangunan tempat tinggal”. Namun, dalam kehidupan kita ada konsep “ bangunan tempat mengadaikan”, maka  terbentuklah komposisi rumah gadai. Ada konsep “ bangunan tempat mengobati orang sakit”, maka terbentuklah komposisi rumah sakit, da nada konsep “ bangunan tempat makan”, maka terbentuklah komposisi rumah makan. Sebaliknya, konsep mengenai “ bangunan tempat tinggal binatang” punya satu kata tunggal yaitu kandang (Chaer, 2008:209).
Jadi dapat disimpulkan bahwa komposisi adalah gabungan dari kata dasar yang berbeda untuk mewadahi “suatu konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata yang bertujuan untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosa katanya dalam bentuk tunggal. Contohnya: kaya miskin, makan minum Dan lain-lain. 
2.      Kata Majemuk
Yang dimaksud dengan proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua moefem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relative baru. Hasil proses ini disebut kata majemuk. Misalnya: kamar tidur, buku tulis, kaki tangan, keras kepala, mata air, sapu tangan dan simpang siur. Proses majemuk itu masing-masing terdiri atas perpaduan bentuk dasar kamar dan tidur, buku dan tulis, kaki dan tangan, keras dan kepala, mata dan air, sapu dan tangan, serta simpang dan siur (Muslich, 2008:57).
Jadi, yang membedakan antara komposisi dan kata majemuk adalah kata majemuk merupakan hasil dari proses komposisi.
Contoh : kata merah dalam komposisi bisa menjadi merah jambu, merah darah, merah delima. Sedangkan kata majemuk berfokus kepada hasil dari komposisi yaitu merah darah, merah jambu, merah delima.
B.        Aspek Semantik Komposisi
Dilihat dari usaha untuk menampung konsep-konsep ini dapat di bedakan ada lima konsep komposisi, yaitu :
1.            Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Misalnya penggabungan dasar makan dan dasar minum menjadi komposisi makan minum. Penggabungan dasar kaya dan dasar miskin menjadi komposisi kaya miskin. Makna gramatikal hasil penggabungan koordinatif bisa “dan” bisa juga “atau” tergantung pada konteks kalimatnya, bisa juga bermakna idiomatik. Contoh lain: 
Baca tulis
Baca dan tulis
Pulang pergi
Pulang dan pergi
Makan pakai
Makan dan pakai
Cantik molek
Cantik dan molek
Tua muda
Tua dan muda
(Chaer, 2008:212)
2.            Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat. Sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam komposisi ini unsur utama merupakan unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas. Misalnya dasar sate sebagai unsur utama dana yam sebagai unsur penjelas menjadi komposisi sate ayam. Contoh lain dasar sate digabung dengan dasar Madura menjadi komposisi sate Madura yang bermakna gramatikal sate yang berasal dari Madura.
Makna gramatikal komposisi subordinatif ini memang tergantung pada komponen makna yang dimiliki unsur keduanya. Seperti pada contoh diatas pada sate ayam, dasar ayam memiliki komponen makna (+ bahan) dan pada contoh kedua dasar Madura memiliki komponen makan (+ tempat). (Chaer, 2008: 213)
3.            Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Makna istilah dalam komposisi ini tidak ditentukan oleh hubungan kedua unsurnya, melainkan ditentukan oleh keseluruhannya.
Menurut Chaer (2008: 213-214) menyatakan bahwa beberapa contoh istilah dalam bentuk komposisi :
a)         Istilah olahraga
-    Tolak peluru
-    Angkat besi
-    Terjun payung
-    Terbang layang
-    Balap sepeda
b)         Istilah linguistik
-    Fonem vocal
-    Morfem bebas
-    Frase endosentrik
-    Kalusa verbal
-    Kalimat inti


c)         Istilah politik
-    Suaka politik
-    Hak angket
-    Hak pilih
-    Hak prerogratif
-    Sidang paripurna
d)        Istilah pendidikan
-    Buku ajar
-    Tahun ajaran
-    Guru bantu
-    Model pembelajaran
-    Tenaga kependidikan
e)         Istilah agama islam
-    Hadis sahih
-    Ayat kursi
-    Wali hakim
-    Zakat fitrah
-    Ibadah haji
4.Komposisi pembentukan idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal, misalnya, penggabungan meja dengan hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna gramatikal pengadilan. Contoh lain :
Memeras keringat
Bekerja keras
Membanting tulang
Bekerja keras
Menjual gigi
Tertawa keras-keras
Beratap seng
Sudah tua
Bau kencur
Masih anak-anak
Sebenarnya ada dua macam bentuk idiom, yaitu yang pertama yang berupa idiom penuh, dimana semua unsurnya merupakan satu kesatuan, contohnya seperti table diatas.  Yang kedua adalah indiom sebagian, yaitu idiom yang salah satu unsurnya masih bermakna leksikal.
Contoh:
Daftar hitam
Daftar yang berisi nama-nama orang yang diduga bersalah
Baju kebesaran
Baju berkenaan dengan kepangkatan
Gaji buta
Gaji yang diteriama meskipun sudah tidak bekerja
(Chaer, 2008:214-215).
5.Komposisi yang mengahasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujud dalam dunia nyata. Misalnya : Griya matraman, Stasiun gambir, dan selat sunda (Chaer, 2008:215).
C.    Pengembangan komposisi
Menurut Chaer (2008: 215) menyatakan bahwa maksud dari komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosa katanya dalam bentuk tunggal. Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta dengan dasar api menjadi komposisi kereta api. Namun, kemudian akibat perkembangan teknologi dan budaya kereta api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspres sehingga menjadi kereta api ekspress. Selanjutnya komposisi kereta api ekspres dapat digabung lagi dengan dasar malam menjadi komposisi kereta api ekspres malam. Malah kemudian komposisi kereta api ekspres mala mini dapat digabung lagi dengan komposisi luar biasa sehingga menjadi kereta apai ekspres malam luar biasa.
Dilihat dari segi semantik, semakin luas komposisi itu maka maknanya semakin sempit. Kita simak kata kereta, mencakup semua jenis kereta, termaksud kereta kuda, kereta listrik, kereta perang dan sebagainya. Makna kereta api hanya mencakup kereta yang digerakkan dengan tenaga api (dalam hal ini lokomotif). Jadi, tidak termaksud kereta kuda dan lain-lain. Lalu, makna kereta api ekspres sudah semakin sempit, karena semua kereta api yang bukan ekspres tidak termaksud dalam komposisi itu. selanjutnya, dengan penambahan dasar malam ke dalam komposisi kereta api ekspres menyebabkan kereta api ekspres yang berjalan di siang hari tidak termaksud di dalamnya. Makna atau konsep semakin sempit lagi dengan penambahan dasar luar biasa, sebab yang biasa pun tidak termaksud di dalam komposisi kereta api ekspres malam luar biasa (Chaer, 2008:216).
D.    Komposisi nomina, verba dan ajektifa
1)      Komposisi nomina
Menurut Chaer (2008:216-217) menyatakan bahwa komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina, misalnya :
-          kakek nenek pergi berlebaran
-          mereka memakai baju baru.
Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar :
-          nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu, dan sate kambing
-          nomina + verba, seperti meja makan, buku ajar dan ruang tunggu
-          nomina + ajektifa, seperti guru muda, mobil kecil dan meja hijau
-          adverbial + nomina, seperti bukan uang, banyak buaya, beberapa murid.
Dalam kaitannya dengan masalah semantic dapat dibedakan adanya lima macam komposisi nomina, seperti yang ada dibicarakan pada berikut :
                  a.      Komposisi nomina bermakna gramatikal
         Menurut Chaer (2008:217) menyatakan bahwa makna gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nomina, antara lain adalah makna yang menyatakan :
1. “gabungan biasa”, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal “gabungan biasa” ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna:
- (+ pasangan antonim relasional), misalnya : ayah ibu, guru murid, dan suami istri
- (+ anggota dari satu medan makna), misalnya: topan badai, sawah ladang dan kampung halaman (Chaer, 2008:217).
2. “bagian”, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari, makna gramatika “bagian” ini terjadi apabila unsur utama memiliki komponen makna (+bagian dari unsur kedua) dan unsur kedua memiliki bagian makna (+keseluruhan memiliki unsur keseluruhan yang mencakup unsur pertama), contoh: awal tahun, tengah semester, akhir bulan (Chaer, 2008:218).
3. “kepunyaan atau pemiliki”, makna gramatikal kepunyaan ini akan terjadi apabila (+benda termiliki) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+insan), (+yang diinsankan) atau (+pemilik), misalnya : sepatu adik, rumah nenek, tanah negara (Chaer, 2008:218).
4. “asal bahan”, kedua unsurnya bisa disisipkan kata “terbuat dari”. Makna gramatikal asal bahan dapat terjadi apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+bahan pembuat unsur pertama). Misalnya : cicin emas, kursi rotan, jaket kulit (Chaer, 2008:218).
5. “asal tempat”, dapat disisipkan kata berasal dari. Makna gramatikal “asal tempat” dapat terjadi apabila unsur kedua memiliki makna (+tempat berasalnya unsur pertama). Misalnya : sate padang, jeruk bali, sate madura(Chaer, 2008:218).
6. “bercampur atau dicampur dengan”, makna gramatikal “bercampur” dapat terjadi apabila makna gramatikal memiliki komponen makna (+pencampuran pada unsur pertama). Misalnya : teh susu, roti keju, lontong sayur(Chaer, 2008:218).
7. “hasil buatan”, makna gramatikal “hasil buatan” ini dapat terjadi apabila unsur keduanya memiliki makna. (+pembuat unsur pertama). Misalnya : mobil jepang, puisi Chairil, lukisan afand. (Chaer, 2008:219).
8. “tempat melakukan sesuatu”, makna gramatikal “tempat melakukan sesuatu” dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ruang) dan unsur kedua memiliki komponen (+tindakan). Misalnya: kamar periksa, rumah makan, meja tulis (Chaer, 2008:219).
9. “kegunaan tertentu”, makna gramatikal “kegunaan tertentu” dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen (+kegunaan) dan komponen kedua (+tindakan), misalnya : uang belanja, mobil dinas, kapal perang (Chaer, 2008:219).
10. “bentuk”, makna gramatikal “bentuk” dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki makna (+benda) dan unsur kedua memiliki makna (+bentuk) atau (+wujud). Misalnya : meja bundar, rumah mungil, karet gelang (Chaer, 2008:219).
11. “jenis”, makna gramatikal “jenis” dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen (+benda genetik), sedangkan unsur kedua (+benda spesifik). Misalnya: mobil sedan, pisau lipat, ayam petelur (Chaer, 2008:219).
12. “keadaan”, makna gramatikal “keadaan” dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda) dan unsur kedua (+keadaan). Misalnya mobil rusak, daerah kumuh, gubuk reyot (Chaer, 2008:220).
13. “jenis kelamin”, makna gramatikal “jenis kelamin” dapat terjadi apabila unsur pertama komponennya (+makhluk) dan komponen kedua (+gender). Misalnya: ayam jantan, sapi betina, ayam jago (Chaer, 2008:220).
14. “seperti atau menyerupai”, makna gramatikal “seperti” ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda buatan) dan unsur kedua (+ciri khas benda). Misalnya : gula pasir, akar rambut, kopi bubuk, gelang ular (Chaer, 2008:220).
15. “model”, makna gramatikal “model” ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda buatan) dan unsur kedua (+ciri khas dari sesuatu). Misalnya : celana jengki, topi koboi, rumah eropa (Chaer, 2008:220).
16. “memakai”. Makna gramatikal “memakai” ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki (+benda alat) dan unsur kedua (+bahan yang digunakan). Misalnya : kapal layar, mesin uap, rem angina (Chaer, 2008:220).
17. “yang di…” makna gramatikal “yang di..” dapat terjadi apabila unsur keduanya (+perlakuan terhadap unsur pertama) misal : anak angkat, ayam goreng, roti bakar. (Chaer, 2008:220-221).
18. “ada di..” makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+kegiatan) dan unsur kedua (+ruang) atau (+tempat). Misalnya : voli pantai, bajak laut, kapal udara (Chaer, 2008:221).
19. “yang biasa melakukan”. Makna gramatikal ini bisa terjadi apabila komponen utama memiliki makna (+pelaku) dan unsur kedua (+tindakan). Misalnya : jago balap, jago makan, tukang todong (Chaer, 2008:221).
20. walau atau tempat. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur komponen pertamanya (+wadah) dan unsur kedua (+posisi). Misalnya: pintu depan, kamar tengah, pintu samping (Chaer, 2008:221).
21. letak atau posisi. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila komponen utama (+benda) dan komponen kedua (+posisi). Misalnya : parkir timur, pintu samping. (Chaer, 2008:221).
22. mempunyai. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila komponen utama (+benda alat) dan komponen kedua (+perlengkapan). Misalnya : kursi roda, kamar AC, sepeda motor (Chaer, 2008:222).
23. jenjang, tahap dan tingkat. Makna gramatikal ini bisa terjadi jika komponen utamanya (+kegiatan) dan komponen keduanya (+tahap) ata (+tingkatan). Misalnya : sekolah dasar, pemain pemula, bagian pengantar (Chaer, 2008:223).
24. rasa atau bau. Makna gramatikal ini bisa terjadi apabila unsur pertamanya (+benda rasa) dan unsur keduanya (+rasa) atau (+bau). Misal: kacang asin, gulai pedas, sayur asem (Chaer, 2008:223).
                  b.      Komposisi nomina bermakna idiomatik
   Komposisi idiomatic ini terdiri dari, komposisi idiomatic penuh dan sebagian.
-    Komposisi idiomatik penuh adalah komposis yang memiliki makna yang tidak dapat di prediksi secara leksikal maupun gramatikal. Contoh : 
Kata
Arti
Orang tua
Ayah ibu
Kumis kucing
Sejenis tanaman obat
Meja hijau
Pengadilan
Buah bibir
Bahan pembicaraan orang lain
(Chaer, 2008:222).
-    Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya, seperti komposisi daerah hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, gaji buta (Chaer, 2008:223).
                   c.      Komposisi nomina metaforis
   Komposisi nomina metaforis ialah dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Umpamanya unsur kaki pada unsur kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu (+terletak pada bagian bawah). Sedangkan komposisi pada kaki meja diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu (+penunjang berdirinya tubuh) (Chaer, 2008:223).


                  d.      Komposisi nomina dan istilah
Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis. Beberapa nama dan istilah diberikan pada contoh dibwah ini :
Nama
Istilah
Hotel Indonesia
Buku ajar
IKIP Jakarta
Lepas landas
Apotik Rini
Suku cadang
Jalan Jagorawi
Anak angkat
Kampung Bali
Bapak angkat
Dukuh Zambrud
Rumah tangga
(Chaer, 2008:224).
                   e.      Komposisi nomina dengan adverbia
Menurut Chaer (2008:225) menyatakan bahwa makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna leksikal dari kata adverbia itu. adverbial yang mendampingi nomina adalah, adverbia yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada dan tanpa. Dan adverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang. Contoh:
-    Bukan anjing
-    Tiada air
-    Tanpa uang
Kedalam kelompok ini bisa juga bisa dimasukan komposisi dengan unsur preposisi, seperti :
-    Di pasar
-    Dari kampus
-    Ke hutan
2)      Komposisi Verba
Menurut Chaer (2008: 226) menyatakan bahwa komposisi yang pada satuan klausa berkategori verba. Misalnya: menari menyanyi, datang menghadap. Pada kalimat berikut:
-       Mereka menyanyi menari sepanjang malam
-       Dia datang mengahadapai kepala sekolah


Komposisi verba dapat dibentuk dari dasar:
-       Verba+verba, seperti menyanyi menari
-       Verba+nomina, seperti gigit jari
-       Verba+ajektifa, seperti lompat tinggi
-       Adverbia+verba, seperti sudah makan
                  a.      Komposisi verba bermakna gramatikal
Menurut Chaer (2008:226-229) menyatakan bahwa ada beberapa makna gramatikal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
1.“gabungan biasa”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila:
                                     a.Kedua unsurnya memiliki makna yang sama sebagai dua buah kata bersinonim, misalnya: bimbang ragu, bujuk rayu.
                                    b.Kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna. Misalnya : belajar mengajar, makan minum.
                                     c.Kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya: jual beli, jatuh bangun (Chaer, 2008:226).
2.“gabungan mempertontonkan”, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya merupakan pasangan berantonin. Misalnya : hidup mati, gerak diam, rebah bangun (Chaer, 2008:226).
3.“sambil”, sehinnga di antara kedua unsurnya dapat disispkan kata sambil, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya itu merupakan dua tindakan yang dapat dilakukan bersamaan. Hanya unsur pertama harus memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak), sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-gerak). Misalnya :datang membawa, datang menangis (Chaer, 2008:226-227).
4.“lalu”, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak). Unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-gerak). Misalnya : datang berteriak- teriak, datang marah-marah (Chaer, 2008:227).
5.“untuk”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya (+tindakan) dan (+gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Misalnya : datang menagih (hutang), pergi membayar (pajak) (Chaer, 2008:227).
6.“dengan”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dengan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak) dan unsur kedua (+tindakan) dan (+keadaan). Misalnya : datang merangkak, mengais terseduh-seduh (Chaer, 2008:227).
7.“secara”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki makna (+tindakan) dan komponen kedua memiliki makna (+cara). Misalnya : catak ualang, terjun bebas (Chaer, 2008:227).
8.“alat”, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+alat) atau (+yang digunakan). Misalnya: balap mobil, tolak peluru (Chaer, 2008:228).
9.“waktu”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur utama memiliki komponen makna (+kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+saat) atau (+ketika). Misalnya : ronda malam, jaga malam, makan siang (Chaer, 2008:228).
10.  “terhadap”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan. Makna gramatikal gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya (+peristiwa) dan unsur keduanya (+bahaya). Misalnya : kedap air, kedap suara, tahan lapar (Chaer, 2008:228).
11.  “ karena”, sehingga diantara kedua unsurnya dapat diselipkan kata karena, makna gramatikal ini dapar terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+kejadian) dan kedua (+penyebab). Misalnya : mandi darah, mabuk darah (Chaer, 2008:228).
12.  “menjadi”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki (+penyebab) dan unsur kedua (+akibat). Misalnya : jatuh cinta, jatuh sakit, jatuh miskin (Chaer, 2008:228).
13.  “sehingga”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+tindakan) dan unsur kedua (+kesudahan). Misalnya: tembak mati, beri tahu, pukul mundur (Chaer, 2008:228).
14.  “menuju”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata kea tau menuju. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+gerak arah) dan unsur kedua (+arah tujuan). Misalnya: belok kiri, belok kanan (Chaer, 2008:229).
15.  “arah kedatangan”, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur utamanya memiliki makna (+gerak arah) dan unsur keduanya (+tempat kegiatan). Misalnya: pulang kantor, habis mandi (Chaer, 2008:229).
16.  “seperti” sehingga dapat disisipkan kata sebagaimana. Komponen utama memiliki arti (+keadaan) dan kedua (+perbandingan). Misalnya : lurus tabung, mati kutu, buta ayam (Chaer, 2008:229).
b. Komposisi verba bermakna idiomatikal
Ada beberapa komposisi verba bermakna idiomatikal yaitu, makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya “makan garam dalam arti “berpengalama”, “makan kawat” dalam arti sangat miskin (Chaer, 2008:229).
Bila diperhatikan komposisi verba bermakna idiomatikal ini berstuktur : verba+nomina atau berupa klausa predikat+objek atau objek+pelengkap. Namun maknanya bukan makna gramatikal atau sintaktikal melainkan makna idiomatikal tersebut.
Berkenaan dengan kontruksi predikat + objek ini, maka makna verba yang menjadi predikat itu sangat bergantung pada nomina, sebagai objek yang mengikutinya. Sebagai contoh kita ambil verba makan, mengambil dan menjual. Pada daftar (a) ketiga verba itu bermaksud gramatikal, pada daftar (b) bermakna idiomatikal dan daftar (C) bermakna polisemi.
(a) Makan tempe
(b) makan tangan
(c) makan ongkos
Makan tahu
Makan hati
Makan waktu
Mengambil uang
Mengambil hati
Mengambil istri
Menjual sepeda
Menjual gigi
Menjual paksa
                                                                        (Chaer, 2008:230).

c. Komposisi verba dengan abverbia
Menurut Chaer (2008:231) menyatakan bahwa verba sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbial atau lebih. Adverbial pendamping verba adalah:
-          Adverbia negasi: tidak, tak, tanpa.
-          Adverbia kala: sudah, sedang, tengah lagi, akan.
-          Adverbia keselesaian: sudah, sedang, tengah, belum.
-          Adverbia aspectual: boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau.
-          Adverbia frekuensi: sering, jarang, pernah, acap kali
-          Adverbia kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
Sebuah verba dalam statusnya sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa bisa didampingi oleh sebuah adverbia tertentu, tetapi juga bisa didampingi oleh dua adverbia atau lebih. Contoh komposisi dengan kelas adverbia:
-          Tidak makan
-          Sudah tidak makan
-          Tidak akan makan
-          Sudah tidak akan makan
3)      Komposisi adjektifa
Menurut Chaer (2008: 231-232) menyatakan bahwa komposisi yang satuan klausa, berkategori ajektiva. Misalnya komposisi : cantik molek, kaya miskin. Dalam kalimat berikut.
-          Gadis yang cantik molek itu duduk termenung
-          Kaya miskin dihadapan Allah sama saja
Komposisi adjektiva dapat dibentuk dari dasar:
-          Adjektiva+adjektiva, seperti tua muda
-          Adjektiva+nomina, seperti merah muda
-          Adjektiva+verba, seperti takut pulang
-          Adverbial+adjektifa, seperti tidak berani
                  a.      Komposisi ajektifa bermakna gramatikal
Menurut Chaer (2008:232-234) menyatakan bahwa makna gramatikal adalah makna yang menyatakan:
1.“gabungan biasa”, sehingga dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila:
-          Memilih komponen makna yang sama sebagai pasangan bersinonim, misal: cantic molek, gagah berani.
-          Memiliki makna yang berkebalikan sebagai pasangan berantonim atau beraposisi, misalnya : atas bawah, timur barat.
-          Memiliki komponen makna yang sejalan atau tidak bertentangan, misalnya: bulat panjang, gemuk pendek (Chaer, 2008:232-233).
2.Alternatif atau pilihan, sehingga dapat disispkan kata atau, makna gramatikal ini dapat terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna yang bertentangan atau berantonim. Misalnya : buruk baik, mahal murah. Ada dua catatan untuk ini yang pertama yaitu, untuk kata yang tidak memiliki pasangan antonim, maka digunakan adverbia nagasi tidaknya. Misal : jujur tidaknya, dusta tidaknya (Chaer, 2008:233).
3.“seperti” dapat disispi kata seperti, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur utamanya memiliki makna (+warna) dan unsur kedua (+benda berwarna). Misalnya: merah jambu, hijau daun (Chaer, 2008:233).
4.“serba”, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama. Stuktur komposisi ini sama dengan struktur reduplikasi utuh. Oleh karena itu untuk membedakan maknanya, perlu contoh dalam bentuk kalimat. Berikut contoh kalimat (a) dalah komposisi dan kalimat (b) adalah reduplikasi
a.       Mereka memakai pakaian putih-putih
Warna seragam mereka biru-biru
b.       Putih-putih harus dibawanya
Bulat-bulat ditelannya anak ikan itu (Chaer, 2008:233).
5.“untuk”, dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ini ddapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki makna (+sikap batin) dan makna kedua (+kejadian) atau (+peristiwa). Misalnya : takut mati, takut pulang (Chaer, 2008:234).
6.“kalau”, dapat disisipkan kata kalau. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur utama memiliki makna (+perasaan batin) unsur kedua (+tindakan). Misalnya : seding mendengar, senang melihat (Chaer, 2008:234).
b. Komposisi grmatikal bermakna idiomatikal
Menurut Chaer (2008: 234) menyatakan bahwa ada beberapa komposisi ajektifa yang bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.Misalnya, panjang usus dalam arti sabar, tinggi hati dalam arti angkuh.
c. Komposisi adjektifa dengan adverbia
   Menurut Chaer (2008:234) menyatakan bahwa ada dua macam adverbia untuk mendamping ajektifa yaitu:
-    Adverbia negasi: tidak
-    Adverbia derajat: agak, sama
Contoh pemakaian
-    Tidak bagus, tidak baik
-    Agak tinggi, agak lurus

DAFTAR PUSTAKA
Chaer,Abdul. 2008. MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (Pendekatan proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2010. TATA BENTUK BAHASA INDONESIA, Kajian ke Arah Tata bahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, ciri-ciri, dan macam-macam morfologi

Fungsi Morfem, Perubahan Bentuk Kata, Problema Morfologi